- Judul : Bianglala Cinta Lima Jomblo
- Tokoh : Guyudasa (komedian), Laa Tahzan (pemilik toko buku), Sibijeh Mato (kolomnis), Garudeya (Pebisnis MLM), dan Benua (dubber)
- Penulis : Tasaro
- Penerbit : Syaamil Cipta Media
- Tahun Terbit : 2005
- Jumlah Halaman : 240 halaman
Resensi Novel
Bercerita tentang persahabatan 5 pria lajang, Guyudasa, Laa Tahzan, Sibijeh Mato, Garudeya, dan Benua adalah Lima jomblo yang tinggal dalam satu rumah kontrakan yang punya cara tersendiri menikmati gemerlap kota metropolitan, bandung. Mereka tinggal satu rumah kontrakan di Jalan Dago no. 335.
Laa Tahzan (Tahzan) adalah pemilik sebuah toko buku, pria yang memiliki
darah Pakistan-Mesir. Garudeya (Garu) seorang pebisnis MLM, anak orang
kaya tapi tak mau bergantung pada ortunya yang pemilik beberapa SPBU,
punya hubungan kurang harmonis dengan ortunya. Guyudasa, seorang
komedian, yang jam kerjanya alias show setiap malam, kecuali Sabtu
tentu. Sibijeh Mato (Sibi) pria asli Aceh, kolumnis sebuah harian kota
Bandung yang kehilangan hampir semua keluarganya saat tsunami. Dan Benua
(Ben), seorang dubber.kelima jomblo tersebut melakukan ritual rahasia setiap malam minggu. Sabtu malam minggu adalah waktu yang tak bisa diganggu-gugat. Lima jomblo
tersebut harus hadir, dan mereka memang bersepakat, kegiatan apapun
diusahakan sebisa mungkin (kalau perlu harus) menyingkir bila waktunya
bersamaan dengan 'malam mingguan' mereka.
Cerita berjalan dari satu tokoh ke tokoh lain. Guyu yang penasaran
dengan wanita misterius yang hadir setiap ia show, namun wanita itu
selalu hilang tanpa ia sadari. Sibi dengan kesibukannya mencari ide-ide
segar untuk Curhat si Sibi. Garu yang tiba-tiba menghilang, membuat
keempat jomblo lain bingung, namun tiba-tiba muncul dan mengaku habis
menjadi figuran sebuah film bioskop. Benua yang tiba-tiba minta dicariin
istri oleh Tahzan, lantas dibawa Tahzan ke tempat mangkal waria, ke
mal, hingga akhirnya mentok ke seorang ustadz (lho?). Juga Sibi yang
mendapati email-email aneh dari pengirim misterius di mailboxnya. Asyik
sekali mengikutinya, apalagi cerita cowok ditulis oleh cowok juga, dan
sepertinya banyak juga yang pengalaman pribadi Tasaro dan teman-temannya
(sepertinya... :-)).
Ada banyak
sindiran-sindiran, tentang pria yang me-rebonding rambutnya, tentang
pengiriman putri Indonesia ke ajang Miss Universe, tentang pemerintah
kota Bandung yang hanya mempercantik kota saat ada event besar
(Konferensi Asia Afrika), tentang waria (saya menemukan 'kesamaan'
dengan Wandu), dan 'tentang' lain, yang menyelip di antara dialog dan
narasi.
Bertaburan juga quote-quote dari tokoh terkenal.
Juga unik, karena Penulis, Tasaro, menyelipkannya di dialog. Dan tak perlu
mengaku-ngaku itu kalimat ciptaan sendiri, tapi Tasaro memberi
keterangan langsung siapa pembuat quote itu.
Satu kelebihan
Tasaro yang lain adalah caranya menyampaikan pesan yang smooth. Bila
penulis lain berbicara tentang “menjauhi” pacaran mungkin melalui tokoh
berjilbab atau berjenggot :-), tapi Tasaro tidak. Seorang gadis melayu,
berambut legam, dingin, dan cuek bernama Shekina (salah satu tokoh di novel tesebut), "Saya
tidak pacaran. Saya memilih untuk tidak pacaran. Buat saya, cinta
sebelum menikah itu bohong besar. Mereka bicara cinta, pengorbanan,
kesetiaan, itu semua bohong besar. Kalau kamu sudah menikah, kamu tak
punya kompensasi untuk berkorban. Kamu harus bekerja untuk menghidupi
anak istri kamu. Kamu hanya akan memikirkan, bagaimana membesarkan anak
kamu, memberi dia fasilitas terbaik. Dan kamu tak pernah berpikir untuk
meminya bayaran. Kamu tulus melakukannya. Itulah pengorbanan".
Novel yang sangat bagus yang ceritanya padat dan berisi, penuh dengan inspirasi, menghibur, dan tidal berlebihan atau dalam bahasa gaulnya tidak lebay dalam menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan.
Read More..